Gambaran Umum Pelayanan
Klasis Masanda
A. Letak Geografis
Wilayah Pelayanan Klasis Masanda berada dalam lingkup pemerintahan Kecamatan Masanda Kabupaten Tana Toraja. Terletak di sebelah barat ibu kota Kabupaten Tana Toraja, Makale, tepatnya merupakan perbatasan antara kabupaten Tana Toraja (Sulawesi Selatan) dengan Kabupaten Mamasa (Sulawesi Barat). Berjarak kurang lebih 60 KM dari Makale memungkinkan kita untuk dapat menempuhnya dengan waktu 4-5 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Untuk dapat tiba di Masanda dengan mengendarai kendaraan roda empat, maka kita harus menyewa mobil jenis Hartop/Land Cruiser di Bittuang. Hanya jenis kendaraan ini yang dapat dipakai mengingat jalan/medan di Masanda sangat berat yang terdiri atas dua karakter jalan yaitu jalan berbatu dan jalan berlumpur. Tetapi yang perlu disyukuri bahwa lewat program pemerintah, Jalan utama sudah sebagian diperbaiki/diaspal, dengan mengingat bahwa Masanda merupakan jalur Trans Provinsi Sulawesi Selatan dengan Provinsi Sulawesi Barat.
Di sisi lain, jalan yang menghubungakan satu kampung dengan kampung yang lain hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua (motor). Sebab jalan-jalan tersebut berada di antara lereng-lereng gunung yang terjal berbatu dan lembah yang penuh dengan lumpur. Bahkan sebagian harus melewati sungai untuk tiba di beberapa kampung. Bila hujan, orang lebih memilih berjalan kaki dibanding naik motor. Bahkan bila musim hujan tiba, transportasi lumpuh sebab masyarakat sangat takut untuk berkendara. Sedangkan untuk komunikasi via Handphone tidak bisa dilakukan sebab belum ada jaringan.
B. Pemerintahan
Kecamatan Masanda terbagi atas 8 Lembang. Data terakhir menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan masyarakat Masanda adalah 2500 Jiwa yang berdiam di lembah dan pegunungan. Mata pencaharian masyarakat umumnya adalah berladang dan bertani. Hanya sebagian orang yang bekerja dalam lingkup pemerintahan sebagai Pegawai Negeri Sipil (Guru). Karena tersebar di pegunungan dan lembah maka hasil pertanian melalui sawah hanya dapat mencukupi kebutuhan masing-masing keluarga. Bahkan terkadang tidak cukup sampai panen selanjutnya. Hal ini disebabkan karena sawah-sawah penduduk kecil berbentuk sengkedan. Itulah sebabnya 95% masyarakat di Masanda mendapatkan RASKIN (beras masyarakat miskin).
C. Taraf Kehidupan dan Fasilitas Umum
Taraf kehidupan masyarakat di Masanda menurut analisa saya selama menjadi proponen hingga saat ini, masih berada dalam taraf bawah. Sebab masyarakat hanya mengandalkan penghidupan dari sektor pertanian (beras) dan perkebunan (kopi dan coklat). Beras hanya untuk konsumsi keluarga sedangkan hasil penjualan kopi dan coklat digunakan untuk keperluan rumah tangga dan keperluan sekolah anak-anak mereka. Tidak ada sektor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan taraf ekonomi masyarakat. Namun pun demikian, bukan berarti bahwa tidak ada usaha dan perkembangan yang terjadi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Saat ini ada beberapa program pemerintah yang sementara dikerjakan di Masanda yaitu perbaikan dan perluasan jalan, pembentukan kelompok tani, pengelolaan PAMSIMAS (air minum untuk masyarakat), Penghijauan hutan dan penyediaan kompor hemat energy yang merupakan bantuan Bank Dunia. Fasilitas umum yang ada di Masanda sekarang ini antara lain:
1. Sekolah mulai dari tingkat SD, SMP dan SMU
Umumnya tenaga pendidik di masing-masing tingkatan adalah pendatang dari berbagai kampung. Hanya sebagian yang merupakan penduduk lokal. Yang perlu disyukuri bahwa sebagian besar anak-anak sudah mengenyam pendidikan hingga saat ini.
2. Puskesmas
Di Masanda hanya ada 1 Puskesmas yang bertempat di wilayah Lembang Kadundung. Keberadaan puskesmas ini sangat menguntungkan masyarakat. Sebab masyarakat yang sakit tidak lagi harus ke Makale untuk berobat. Kecuali bila memang harus ditangani secara khusus, akan dirujuk ke Makale. Kemudian juga melalui berbagai penyuluhan yang dilakukan, masyarakat mulai belajar hidup sehat. Saat ini Petugas yang melayani di Puskesmas berjumlah 14 orang.
3. Pasar Tradisional
Di Masanda saat ini terdapat 2 pasar tradisional. 1 di Ponding Ao’ dan 1 di Mewang . Masyarakat sangat merasakan manfaat dari pasar tersebut. Sebab pasar merupakan tempat bagi masyarakat untuk bertukar informasi, membeli kebutuhan keluarga dan menjual hasil perkebunan.
4. Kantor Pertanian
Mengingat masyarakat masih menggunakan cara tradisional dalam bertani, maka melalui usaha dari tokoh-tokoh masyarakat diusullah kepada pemerintah untuk mendampingi dan membekali masyarakat dengan teknik bertani yang modern melalui tenaga penyuluh pertanian. Akhirnya dibangunlah kantor pertanian tersebut untuk dan demi kesejahteraan masyarakat.
Kami sesama pelayan selalu bersinergi satu sama lain dan juga bersinergi dengan pemerintah untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat/jemaat. kerjasamaa itu terwujud dengan kami membuat kebun percontohan dan menghadirkan Pdt. Y. Baso, S.Th melalui pembinaan ternak babi. Kami sangat berharap bahwa masih ada karya lain yang Tuhan kehendaki untuk kami lakukan di Klasis Masanda.
D. Tantangan dan Pergumulan
Gambaran umum di atas, merupakan cerminan keadaan yang dialami Gereja Toraja dan juga denominasi gereja yang lain. Klasis Masanda sendiri terdiri dari 13 Jemaat 5 Cabang Kebaktian dan 1 pos pelayan yang terbagi atas 3 Unit pelayanan yang tersebar di antara pegunungan, perbukitan dan lembah. Letak jemaat yang satu ke jemaat yang lain berjarak antara 15 – 40 Km. Untuk menjangkau setiap jemaat diperlukan waktu yang sangat melelahkan karena medan yang berat oleh kondisi jalan yang kurang baik. Tenaga pelayan yang ada di Klasis Masanda saat ini terdiri dari 3 orang pendeta dengan Pdt. Wahyu T. Parrangan, S.Th, MM melayani di Unit Induk, Pdt. Henri Rapi, S.Th melayani di Unit Selatan dan Pdt. Djoni So’ba, S.Th melayani di Unit Utara. Kurangnya tenaga pelayan di Klasis Masanda disebabkan karena berbagai Faktor. Faktor tersebut antara lain:
1. Klasis Masanda masuk dalam kategori wilayah pelayanan Gereja Toraja yang memiliki medan pelayanan sangat berat sehingga terkadang para pelayan sangat bergumul bila akan ditempatkan di wilayah pelayan ini. Pergumulan tersebut sepenuhnya bukan dari pribadi para pelayan tetapi terkadang juga dari pihak keluarga.
PROFIL PELAYAN GEREJA TORAJA DI KLASIS MASANDA
1. Pdt. Wahyu T. Parrangan, S.Th. MM
- Alumni STT INTIM Makassar.
- Status Belum Menikah.
- Melayani 5 Jemaat dari tahun 2002 sampai sekarang.
2. Pdt. Henri Rapi, S.Th
- Alumni STT INTIM Makassar
- Status Sudah menikah
- Melayani 8 Jemaat dari tahun 2008 sampai sekarang
3. Pdt. Djoni So’ba, S.Th
- Alumni STT INTIM Makassar
- Status Sudah Menikah
- Melayani 5 Jemaat dari tahun 2008 sampai sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar