WELCOME TO MY BLOG....GOOD BLESS YOU

WELCOME TO MY BLOG....GOD BLESS YOU
Silahkan Menelusuri Blog Ini....

Rabu, 17 November 2010

MATERI PEMBINAAN
DIAKONIA YANG HOLISTIK
Oleh. Henri Rapi, S.Th


Pendahuluan
Gereja Toraja merupakan sebuah lembaga keagamaan yang lahir dari pengakuan Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juruslamat. Terlahir, bertumbuh dan berbuah atas kehendak Tuhan melalui perjuangan seorang Zendeling yang bernama Antonio Aries Van de Loosdreth dalam mengkontekstualisasikan pekabaran Injil dalam konteks Toraja. Seiring dengan berjalannya waktu, Injil yang diwartakan para guru-guru Injil dan pendeta berbuah kasih dan kebenaran. Sampai pada satu titik, Gereja Toraja menjadi salah satu Sinode yang mempunyai anggota dan jemaat yang luas dan sangat potensial dalam berbagai bidang.
Melalui keputusan bersama sebagai lembaga, Gereja Toraja memutuskan dan menetapkan bahwa salah satu bentuk pelayanan yang harus dikembangkan dan dilakukan adalah bidang pelayanan Diakonia. Pelayanan diakonia ini tentunya oleh Gereja Toraja berlandas pijak pada keteladan Yesus yang telah melayani manusia dengan penuh cinta kasih. Karena itu Gereja sebagai pribadi maupun lembaga pun harus melaksanakan pelayanan kasih dengan penuh penghayatan iman terhadap Dia yang telah dulu melayani kita ciptaanNya. Bentuk pelayanan Diakonia yang Gereja Toraja laksanakan sekarang ini adalah Diakonia Karitatif di tengah-tengah jemaat. Pelayanan tersebut tentunya dirasakan oleh sebagaian anggota jemaat. Namun yang kemudian menjadi perenungan bagi Sinode Gereja Toraja dan Majelis Jemaat adalah, Apakah Diakonia Karitatif yang telah dilaksanakan tersebut sudah menolong dan mensejahterakan kehidupan anggota jemaat dalam meningkatkan ekonomi dan keluar dari kesulitan ekonomi? Kalau sudah mampu menjawab berarti gereja telah berhasil. Tetapi bila belum, bentuk diakonia apa yang harus gereja lakukan?
A.Identifikasi Masalah
Umumnya Jemaat-jemaat Gereja Toraja baik di pelosok/terpencil, semi kota dan kota mempunyai potensi untuk berkembang. Perkembangan tersebut tentunya ditunjang oleh Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam tergantung pada masing-masing konteks Jemaat. Terkhusus di daerah terpencil, peluang untuk peningkatan ekonomi jemaat untuk mencapai kesejahetaraan
dapat dilakukan. Mengingat Sumber Daya Alam yang menunjang dan kemauan untuk berkembang merupakan modal yang sangat baik. Namun pun demikian sampai saat ini, bentuk pelayanan yang dilakukan oleh gereja belum sepenuhnya mampu menyentuh apa yang menjadi kebutuhan warga jemaat. Pelayanan diakonia yang oleh gereja selama ini diharapkan dapat membangun kesadaran warga jemaat untuk mandiri, belum terjawab. Mengapa? Ada beberapa faktor yang membuat hal tersebut terjadi:
1.Gereja hanya sebatas menyuarakan pelayanan diakonia melalui khotbah.
2.Pelayan belum sepenuhnya menghadirkan diri sebagai motivator dalam pengembangan potensi yang ada di tengah-tengah jemaat.
3.Gereja hanya memberikan rasa nyaman yang semu melalui bantuan kepada keluarga yang tidak mampu setiap hari Natal, perkunjungan orang sakit. Tanpa menjawab kebutuhan warga jemaat.
Faktor tersebut masih merupakan landasan bagi majelis jemaat dalam pelaksanaan pelayanan Diakonia. Padahal sesungguhnya bentuk pelayanan diakonia yang harus dilakukan adalah memberdayakan potensi yang ada di tengah-tengah jemaat untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan spiritual, sehingga keseimbangan dapat tercipta.
B.Realitas Kehidupan Berjemaat
Dalam kehidupan berjemaat, peluang untuk meningkatkan pelayanan diakonia dapat dilakukan. Sebab, warga jemaat sangat membutuhkan pendampingan agar mereka mandiri dalam pengembangan ekonomi jemaat. Siapa yang harus mendampingi? Tentunya adalah majelis jemaat. Begitu banyaknya potensi yang dapat dikembangkan, misalnya pertanian, peternakan, pertukangan, perkebunan, pendidikan, kesehatan dan warga jemaat yang mempunyai talenta dan warga jemaat yang tidak berdaya. Disinilah peran pelayan sebagai motivator sangat diharapkan untuk membimbing dan membekali warga jemaat mencapai kemandirian secara holistik untuk memaknai kehadiran mereka di tengah-tengah dunia ini melalui pelayanan Diakonia.
Diakonia mencakup arti yang luas yaitu semua pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan bagi Kristus di jemaat untuk membangun dan memperluas jemaat oleh mereka yang dipanggil sebagai pejabat dan oleh anggota jemaat. Dalam pelayanan diakonia di tengah-tengah jemaat, ada tujuh objek yang harus diperhatikan antara lain:
1.Diakonia bagi orang muda. Mereka yang mengalami krisis, menganggur, kehilangan kasih di keluarga memerlukan pelayanan yang serius.
2.Diakonia bagi usia lanjut. Para lanjut usia dengan masalah spesifik perlu dilayani dengan baik.
3.Diakonia bagi orang sakit. Bagaimana melakukan perbuatan bagi mereka melalui perkunjungan, doa dan bentuk-bentuk dukungan lain.
4.Pemeliharaan orang cacat. Gereja melalui program diakonia perlu memikirkan pelayanan kepada mereka.
5.Pelayanan diakonia bagi para janda, duda, mereka yang keluarganya tidak utuh.
6.Diakonia bagi mereka yang menghadapi kesulitan hidup dalam masyarakat oleh
berbagai faktor.
7.Pelayanan bagi para pengungsi, orang asing, pencari suaka.
Kecenderungan yang terjadi dalam pelayanan diakonia di tengah-tengah jemaat hanya pada point 5, termasuk Gereja Toraja sendiri. Sebab masih banyak pemahaman yang
berkembang dan hidup di antara para pelayan bahwa pelayanan diakonia itu hanya ditujukan kepada keluarga miskin, para janda dan orang sakit. Ketujuh objek dalam pelayanan diakonia ini bila semuanya tersentuh, maka itulah pelayanan diakonia yang sesungguhnya (holistik). Artinya bahwa pelayanan diakonia dalam hal ini adalah pelayanan dan keterlibatan gereja yang ditimbulkan dari panggilan dan tugasnya untuk memperhatikan, membantu, memerdekakan dan melepaskan setiap orang, yang tidak dapat memenuhi dasar hidup mereka dan keluarga mereka masing-masing pada masa kini dan masa depan dengan selayaknya.
C.Landasan Alkitabiah Tentang Diakonia
Gereja dipanggil untuk membina hubungan dan kerjasama dengan pemerintah dan semua pihak di dalam membina hubungan dan kerjasama di dalam masyarakat untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi semua orang, dalam rangka mewujudkan dan mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah menuju kesempurnaannya di dalam Yesus Kristus. Yesus menegaskan bahwa Ia datang untuk melayani dan menjadi dan tebusan bagi orang banyak (Mark. 10:35-45). Yesus menyatakan diri sebagai pelayan (Luk. 22:27), Ia melakukan pembasuhan kaki murid-muridNya (Yoh.13:1-15).Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan dan meluputkan orang yang lemah dan miskin (Mazmur. 82: 3-4) Kesemua pekerjaan dan pelayanan Yesus semasa hidupNya merefleksikan dengan jelas tentang makna signifikan dari istilah diakonia. Bahkan lebih dalam ditegaskan bahwa Yesus rela meninggalkan kemuliaanNya di Sorga, mengosongkan diri dan menjadi manusia, dan tergerak hatiNya oleh sebab belas kasihan kepada semua orang yang sakit dan kelaparan.
Dalam Perjanjian Baru, kata Diakonia dipakai sebanyak seratus kali dalam berbagai bentuk. Umumnya diartikan sebagai pelayanan Kristus atau pelayanan Jemaat (Kolose. 1:7). Namun makna yang paling dalam dan penting adalah pelayanan Kristus bagi umatNya (Markus 10:45) dengan memberikan nyawanya. Dalam gereja/jemaat kemudian dikenal istilah Diaken. Yaitu pelayan yang bertugas melayani jemaat di luar hal-hal yang berkaitan dengan Liturgi (kebaktian). Mereka bertugas memperhatikan kehidupan orang-orang yang berada dalam kesusahan terutama pada janda dan yatim piatu. Dari pola hidup persekutuan jemaat mula-mula yang meletakkan dasar pelayanan di atas pelayanan Yesus Kristus, maka jelas bahwa pemberitaan Firman itu tidak terpisahkan dari pelayanan (diakonia) dan juga persekutuan
jemaat (koinonia). Dalam perkembangan masa kini, pemahaman tentang makna diakonia telah semakin berkembang. Diakonia bukan lagi hanya sebatas tugas para diaken, melainkan tugas seluruh warga jemaat karena diakonia adalah tugas Gereja secara menyeluruh selaku tubuh Krustus. Diakonia juga bukan hanya ditujukan kepada sesame anggota jemaat tetapi juga kepada umat kepercayaan lain, bahkan sampai kepada seluruh ciptaan (Mark. 10:45). Diakonia juga bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri warga jemaat.
Untuk menuju sebuah bentuk pelayanan yang holistic, maka kita terlebih dahulu harus mengenal jenis-jenis diakonia. Adapun jenis diakonia tersebut antara lain:

1.Diakonia Karitatif
Karitatif berarti belas kasihan. Diakonia jenis ini memberikan pelayanan yang Cuma-Cuma kepada orang yang tidak mampu, kena penyakit, kemalangan atau menderita karena bencana alam. Kelemahan dari bentuk pelayanan diakonia ini adalah tidak bertujuan untuk membawa yang dilayaninya kepada suatu perubahan, melainkan hanya sekedar meringankan penderitaan mereka yang dilayani.
2.Diakonia Reformatif
Reformatif berarti merubah kearah yang lebih baik. Pelayanan diakonia ini berusaha meningkatkan kehidupan atau kondisi yang dilayani. Misalnya melalui penyuluhan atau pemberian bantuan berupa modal kerja.
3.Diakonia Transformatif
Transform artinya merubah bentuk atau susunan menjadi yang berbeda atau lain. Diakonia jenis ini berusaha melakukan perubahan yang mutlak, bukan sekedar mengusahakan peningkatan pada yang dilayani. Diakonia reformatif misalnya berusaha memampukan petani meningkatkan produksi pertanian dari tahun ke tahun berikutnya.
Dari ketiga jenis diakonia yang sangat relevan dalam menjawab kebutuhan jemaat dewasa ini adalah diakonia transformative. Mengapa? Sebab timbulnya usaha mengembangkan usaha diakonia Transformatif ini, adalah berdasarkan kenyataan bahwa baik diakonia karitatif dan Reformatif kedua-duanya sering tidak membantu masyarakat yang dilayani dalam memecahkan permasalahan mereka.
D.Tugas Yang harus dilakukan gereja
Sesuai dengan judul yang menekankan pada kata ‘holistik’ maka perlu dipahami pengertian kata ‘holistik’ tersebut. Kata ‘holistik’ berasal dari kata “whole’ (Inggris) yanng artinya : seluruhnya, sepenuhnya. ‘Kata ‘holistik’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian “ciri pandangan yang menyatakan bahwa keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting dari pada satu-satu bagian dari suatu organisme”. Berdasarkan pengertian kata holistik diatas maka istilah ‘Diakonia yang holistik’ adalah pelayanan yang bersifat menyeluruh, tidak terbagi-bagi. Pelayanan yang memandang, memahami, mendekati dan memperlakukan manusia sebagai satu keseluruhan yang utuh. Ini merupakan sebuah pengakuan bahwa hakikat manusia adalah memang terdiri atas unsur-unsur dan aspek-aspek yang berbeda-beda (multidimensional), namun demikian kepelbagaian itu tidak dipahami sebagai yang bersiafat dikhotomis (dapat dipisah-pisahkan atau saling dipertentangankan) ataupun hirarkis (seolah-olah ada unsur yang lebih penting atau lebih mulia dari unsur lainnya).
Berdasarkan uraian tentang pentingnya pelayanan diakonia ditengah-tengah kehidupan persekutuan jemaat dan masyarakat, maka yang harus dilakukan oleh gereja Toraja dalam pelayanan diakonia yang bersifat holistic adalah:
1.Para pelayan harus mampu mengenal apa yang menjadi kebutuhan semua warga jemaat, terutama bagi mereka yang mempunyai permasalahan.
2.Pemberitaan Injil dalam rangka menciptakan damai sejahtera, sebaiknya tidak hanya melalui pelayanan mimbar, tetapi harus langsung berwujud tindakan. Tindakan dalam arti bahwa pelayan diharapkan menjadi motivator di tengah-tengah jemaat yang mendampingi dan menuntun warga jemaat dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan sesuai masing-masing bidang yang mereka tekuni. Misalnya memberikan pelatihan dan pendampingan langsung di bidang pertanian, peternakan, kesehatan, pendidikan. Sedangkan bagi pengembangan talenta, gereja harus memfasilitasi dengan pengadaan alat demi berkembangnya talenta yang ada pada diri mereka untuk menciptakan dan merasakan damai sejahtera.
3.Mendorong warga gereja dan masyarakat sebagai pelaku perubahan dalam segala aspek kehidupan.
4.Membuat percontohan yang kemudian akan menjadi rangsangan bagi warga jemaat dan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan. Misalnya membuat kebun percontohan sayur-mayur, pengembangan peternakan dan sebagainya.
Dengan demikian Inti dari pelayanan diakonia yang holistic adalah pelayanan yang utuh yang menyentuh, memperhatikan, mengusahakan dan mengembangkan semua dimensi kebutuhan warga jemaat dan masyarakat demi terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan dalam bingkai persekutuan Yesus Kristus.

SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar